Jumat, 13 September 2013

Tubuh Tanpa Hati


Judul                 :   Delirium Trilogy Book#2: Pandemonium
Pengarang         :   Lauren Oliver
Penerbit             :   Mizan Fantasy
Tebal Buku        :   496 halaman
Tanggal Terbit   :   Maret 2013
ISBN                 :   978-979-433-772-1
Penerjemah        :   Vici Alfanani Purnomo
Desain Sampul   :   Erin Fitzsimmons
   Kelanjutan dari Delirium, dimana Lena Haloway sudah mencapai Alam liar, sepi, sendirian, dan tentu saja tanpa Alex. Hatinya seperti hancur di telan bumi. Dia ditemukan oleh sekelompok pemberontak dari Alam liar saat dia jatuh pingsan karena sudah berjalan selama tiga hari tanpa minum dan makan.
   Setelah di rawat oleh para pemberontak selama beberapa bulan, Lena menjadi sosok yang berbeda. “Aku tumbuh menjadi sosok yang kuat. Akulah batu yang dihempas aliran air teduh. Akulah kayu yang dihanguskan api dna berubah menjadi arang. Otot-ototku seliat tali, dan kedua kakiku sekokoh kaku. Bahkan, telapak tanganku mengapal-dan telapak kakiku pun setebal dan sekasar batu.” (Hal. 125). Dan Lena kembali menjadi penyusup di kota New York.
   Permasalahan terjadi saat dia di suruh oleh Raven, gadis dengan rambut coklat dan dengan sosok yang dewasa untuk memata-matai Julian, anak seorang pemimpin DFA(Deliria Free America). Pada suatu pertemuan DFA, mereka di serang oleh sekelompok burung bangkai, yaitu orang-orang pemberontak yang ingin menghanguskan semua manusia di bumi dan memulai kehidupan yang baru. Julian dan Lena di tangkap dan di sekap bersama oleh para burung bangkai ini.
   Saat-saat bersama pun menjadi benih-benih cinta di antara mereka. Mereka bekerjasama untuk keluar dari markas burung bangkai itu bersama dan berusaha untuk mencari pertolongan. Tapi, saat Lena mulai mencintai Julian, apakah dia harus mengesampingkan cintanya kepada Alex atau mendapatkan sakit hati sekali lagi?
   Di novel ini kita bisa membaca perasaan Lena yang sangat sakit karena di tinggal oleh Alex. Lena sangat putus asa dan tidak mengetahui apa yang harus dia perbuat.
   Kehidupan di Alam liar yang kejam juga menghiasi novel ini. Mereka sangat susah menjalani hidup dan kehidupan mereka sangat keras.
   Novel ini menggunakan bahasa dengan banyak perumpamaan yang indah dan mengesankan. Namun, alurnya terlalu bertele-tele dan memiliki alur maju mundur, sehingga saat pertama kali membacanya, pembaca mungkin akan sedikit kebingungan. Tapi, novel ini memiliki tema cerita yang lebih baik dari novel pertamanya, Delirium. Tema cerita yang bagus dan membuat pembaca menjadi tidak sabar membaca halaman selanjutnya. Novel ini juga memiliki akhir yang membuat para pembaca tidak sabar untuk membaca kelanjutan dari novel trilogy ini.
   Seperti novel pertamanya, Pandemonium diperuntukkan untuk remaja karena masih terdapat aksi-aksi yang tidak seharusnya di baca oleh anak di bawah umur.

   Jadi, Pandemonium sekali lagi berhasil merebut hati saya untuk membacanya dan menjadi fansnya. Saya sangat menyarankan novel ini, apalagi bagi yang sudah membaca Delirium. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar