Judul : Delirium Trilogy Book#2: Pandemonium
Pengarang :
Lauren Oliver
Penerbit :
Mizan Fantasy
Tebal Buku :
496 halaman
Tanggal Terbit :
Maret 2013
ISBN : 978-979-433-772-1
Penerjemah :
Vici Alfanani Purnomo
Desain Sampul :
Erin Fitzsimmons
Kelanjutan dari Delirium, dimana Lena
Haloway sudah mencapai Alam liar, sepi, sendirian, dan tentu saja tanpa Alex.
Hatinya seperti hancur di telan bumi. Dia ditemukan oleh sekelompok pemberontak
dari Alam liar saat dia jatuh pingsan karena sudah berjalan selama tiga hari
tanpa minum dan makan.
Setelah di rawat oleh para pemberontak
selama beberapa bulan, Lena menjadi sosok yang berbeda. “Aku tumbuh menjadi
sosok yang kuat. Akulah batu yang dihempas aliran air teduh. Akulah kayu yang
dihanguskan api dna berubah menjadi arang. Otot-ototku seliat tali, dan kedua
kakiku sekokoh kaku. Bahkan, telapak tanganku mengapal-dan telapak kakiku pun
setebal dan sekasar batu.” (Hal. 125). Dan Lena kembali menjadi penyusup di
kota New York.
Permasalahan terjadi saat dia di suruh oleh
Raven, gadis dengan rambut coklat dan dengan sosok yang dewasa untuk
memata-matai Julian, anak seorang pemimpin DFA(Deliria Free America). Pada
suatu pertemuan DFA, mereka di serang oleh sekelompok burung bangkai, yaitu
orang-orang pemberontak yang ingin menghanguskan semua manusia di bumi dan
memulai kehidupan yang baru. Julian dan Lena di tangkap dan di sekap bersama
oleh para burung bangkai ini.
Saat-saat bersama pun menjadi benih-benih
cinta di antara mereka. Mereka bekerjasama untuk keluar dari markas burung
bangkai itu bersama dan berusaha untuk mencari pertolongan. Tapi, saat Lena
mulai mencintai Julian, apakah dia harus mengesampingkan cintanya kepada Alex
atau mendapatkan sakit hati sekali lagi?
Di novel ini kita bisa membaca perasaan Lena
yang sangat sakit karena di tinggal oleh Alex. Lena sangat putus asa dan tidak
mengetahui apa yang harus dia perbuat.
Kehidupan di Alam liar yang kejam juga
menghiasi novel ini. Mereka sangat susah menjalani hidup dan kehidupan mereka
sangat keras.
Novel ini menggunakan bahasa dengan banyak
perumpamaan yang indah dan mengesankan. Namun, alurnya terlalu bertele-tele dan
memiliki alur maju mundur, sehingga saat pertama kali membacanya, pembaca
mungkin akan sedikit kebingungan. Tapi, novel ini memiliki tema cerita yang
lebih baik dari novel pertamanya, Delirium. Tema cerita yang bagus dan membuat
pembaca menjadi tidak sabar membaca halaman selanjutnya. Novel ini juga
memiliki akhir yang membuat para pembaca tidak sabar untuk membaca kelanjutan
dari novel trilogy ini.
Seperti novel pertamanya, Pandemonium
diperuntukkan untuk remaja karena masih terdapat aksi-aksi yang tidak
seharusnya di baca oleh anak di bawah umur.
Jadi, Pandemonium sekali lagi berhasil
merebut hati saya untuk membacanya dan menjadi fansnya. Saya sangat menyarankan novel ini, apalagi bagi yang sudah
membaca Delirium.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar